Analisis New York Times;

Mampukah Beirut Melucuti Senjata Hizbullah hingga 2025?

Mampukah Beirut Melucuti Senjata Hizbullah hingga 2025?
24 Desember 2025 - 09:18

Analisis New York Times menunjukkan bahwa Lebanon berada pada sebuah titik balik yang rapuh; Hizbullah, meskipun telah melakukan penarikan militer dan kehilangan sebagian kemampuannya akibat perang, masih belum terkalahkan.

Kantor Berita Internasional Ahlulbait  – ABNA – Analisis New York Times menyatakan bahwa Lebanon berada di titik balik yang sensitif. Hizbullah, meskipun mengalami kemunduran militer dan kehilangan sebagian kekuatannya setelah perang, tetap belum dapat dikalahkan. Tekanan Amerika Serikat dan Israel terhadap pemerintah Lebanon untuk melakukan pelucutan senjata secara penuh hingga akhir tahun 2025 berlangsung di tengah situasi di mana eskalasi sekecil apa pun dari Tel Aviv dapat menghidupkan kembali narasi “perlawanan”.

Berdasarkan artikel bersama New York Times, Hizbullah setelah gencatan senjata telah melakukan penarikan militer terbatas dari wilayah perbatasan, dan gudang persenjataannya mengalami kerusakan. Namun demikian, para pejabat Barat menegaskan bahwa kelompok ini sedang membangun kembali kapabilitasnya, yang meningkatkan kekhawatiran akan pecahnya putaran perang baru; terutama karena serangan Israel terhadap target-target di dalam wilayah Lebanon hampir berlangsung setiap hari.

Keberhasilan akhir dalam proses pelucutan senjata bergantung pada keseimbangan yang sangat rapuh. Para analis memperingatkan bahwa langkah cepat Beirut untuk melucuti senjata tanpa memperoleh konsesi paralel dari Israel—seperti penghentian serangan udara—justru dapat memperkuat posisi politik dan sosial Hizbullah; karena kelompok ini bukan sekadar milisi, melainkan juga partai politik dengan pengaruh yang luas.

Di sisi lain, Al-Quds Al-Arabi menulis bahwa upaya Hizbullah untuk memulihkan kekuatannya menghadapi tantangan-tantangan besar. Jatuhnya pemerintahan Assad di Suriah telah memutus jalur logistik vital bagi pasokan senjata dan dana. Selain itu, meskipun Iran masih memberikan bantuan keuangan secara tidak resmi, para analis meyakini bahwa dukungan regional tersebut tidak lagi cukup untuk menutupi biaya Hizbullah yang terus meningkat.

Perdana Menteri Israel secara implisit lebih memilih pelucutan senjata oleh pemerintah Lebanon dibandingkan terjadinya konfrontasi militer skala penuh. Namun demikian, doktrin keamanan baru Israel didasarkan pada pandangan bahwa ancaman-ancaman baru harus dihilangkan sebelum mereka sepenuhnya membangun kembali kekuatannya. Perbedaan pandangan ini membayangi perundingan gencatan senjata antara delegasi Israel dan Lebanon yang berlangsung di bawah pengawasan Amerika Serikat.

Pemerintah Lebanon, demi memperoleh bantuan keuangan senilai miliaran dolar dari Barat dan negara-negara Arab, telah berkomitmen untuk menunjukkan kemajuan dalam pelucutan senjata. Dalam kerangka ini, Angkatan Bersenjata Lebanon, dengan dukungan dan kerja sama intelijen yang jarang terjadi dari Israel, tengah menghancurkan ribuan senjata guna memainkan peran sentral dalam menggantikan Hizbullah sebagai kekuatan keamanan negara.

Para analis menilai bahwa berlanjutnya serangan Israel secara tidak langsung dapat memperkuat narasi “perlawanan”. Dari sudut pandang Beirut, melemahnya pemerintah saat ini akibat perang baru justru akan menguntungkan Hizbullah; oleh karena itu, pemerintah yang berkuasa sekarang dipandang sebagai “pilihan terbaik” bagi Israel untuk dapat mengurangi kekuatan militer Hizbullah dari dalam.

Your Comment

You are replying to: .
captcha